topbella

Rabu, 10 Desember 2014

Makalah Input-Proses-Output-Outcome Dalam Pendidikan



BAB I
PENDAHULUAN


A.           Latar Belakang
Saat ini sejumlah pembaruan sedang diayunkan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Fokus pembaharuan pendidikan nasional diletakkan pada tingkat sekolah/perguruan tinggi karena disadari bahwa sekolah/perguruan tinggi merupakan garda terdepan dalam peningkatan mutu pendidikan. Adalah sekolah/perguruan tinggi yang paling tahu permasalahan pendidikan yang dihadapi, yang paling tahu kebutuhannya dan yang paling tahu kemampuan yang diperlukan untuk menjalankan proses pendidikan.
Sekolah/perguruan tinggi sebagai sistem tersusun dari komponen konteks, input, proses, output dan outcome. Konteks adalah eksternalitas yang berpengaruh terhadap penyelenggaraan pendidikan dan karenanya harus diinternalisasikan ke dalam penyelenggaraan sekolah/perguruan tinggi. Sekolah/perguruan tinggi yang mampu menginternalisasikan konteks ke dalam dirinya akan membuat sekolah/perguruan tinggi sebagai bagian bagian dari konteks konteks dan bukannya terisolasi darinya. Jika demikian, sekolah/perguruan tinggi akan menjadi sekolah/perguruan tinggi masyarakat dan bukannya sekolah/perguruan tinggi yang berada di masyarakat. Konteks meliputi kemajuan ipteks, nilai dan harapan masyarakat, dukungan pemerintah dan masyarakat, kebiajakan pemerintah, landasan yuridis, tuntutan otonomi, tuntutan globalisasi dan tuntutan pemngembangan diri serta peluang tamatan untuk melanjutkan pendudukan ataupun untuk terjun di masyarakat.
Berkaitan dengan meningkatnya persaingan dalam bidang pendidikan, terjadi pula perubahan pada perilaku konsumen, dalam hal ini yang dimaksud adalah masyarakat (orangtua dan siswa), maupun dunia usaha. Karena banyaknya pilihan, konsumen kini menjadi semakin banyak tuntutan, baik mengenai kualitas lulusan dan biaya pendidikan maupun fasilitas pendidikan. Bargaining power masyarakat meningkat sedemikian rupa sehingga industri atau dunia pendidikan terpaksa harus melayaninya kalau tidak mau akan tersingkir dari kancah persaingan yang makin berat.
Dalam situasi lingkungan yang penuh dengan dinamika ini, manajemen pendidikan harus dapat menciptakan organisasi yang mampu memberikan pelayanan yang memuaskan kepada dan masyarakat pada umumnya dan objek pendidikan (Siswa dan orangtua) khususnya. Saat yang bersamaan dapat pula bersaing secara efektif dalam konteks lokal, nasional bahkan dalam konteks global. Dengan kata lain dunia pendidikan kini dituntut untuk mengembangkan manajemen strategi dan operasi yang pada dasarnya banyak diterapkan di lingkungan masyarakat, sebagai langkah antisipatif terhadap kecenderungan penyimpangan akhlak dan moral. maka konteksnya harus sesuai dengan tuntutan pengembangan diri dan peluang tamatan, dukungan pemerintah dan masyarakat, landasan hukum, tanggap terhadap kemajuan IPTEKS, kebijakan, nilai dan harapan masyarakat, otonomi pendidikan, dan tuntutan globalisasi. Dalam konteks pendidikan pengertian mutu mencakup Input, Proses, Output dan Outcome.

B.            Rumusan Masalah
1.    Apa  itu input, proses, output, dan outcome dalam pendidikan?
2.    Apa hubungan antara input, proses, output, dan outcome dalam pendidikandengan ahklak manusia, fakta dan kebijakan yang terjadi di indonesia serta solusi yang dapat diambil dari masalah yang terjadi?

C.           Tujuan Penulisan
1.    Untuk mengetahui apa itu input, proses, output, dan outcome dalam pendidikan.
2.    Untuk mengetahui hubungan antara input, proses, output, dan outcome dalam pendidikan dengan ahklak manusia, fakta dan kebijakan yang terjadi di indonesia serta solusi yang dapat diambil dari masalah yang terjadi.
BAB II
PEMBAHASAN


1.             TEORI
1.1.  Pengertian Input
Input Pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud berupa sumberdaya dan perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses, misalnya ketenagaan, kurikulum, peserta didik, biaya, organisasi, administrasi, peranserta masyarakat, kultur sekolah dan sub komponen, regulasi, sarana dan prasarana.
1.2.  Pengertian Proses
Proses Pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input, sedangkan sesuatu dari hasil proses disebut output. Dalam pendidikan (tingkat sekolah) proses yang dimaksud adalah proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi, dengan catatan bahwa proses belajar mengajar memiliki tingkat kepentingan tinggi dibandingkan dengan proses-proses yang lain.
1.3.  Pengertian Output
Output sekolah pada umumnya adalah merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya, efektifitasnya, produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerja, dan moral kerjanya. Oleh karena demikian dapat disimpulkan bahwa output sekolah yang diharapkan adalah prestasi sekolah yang dihasilkan oleh proses pembelajaran dan manajemen di sekolah.
Pada umumnya, output dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu output berupa prestasi akademik (academic, achivement) dan ouput berupa prestasi non-akademik (non-academic achivement). Output prestasi akademi misanya, NEM, lomba karya ilmiah remaja, lomba mata pelajaran, cara-cara berfikir (kritis, kreatif/divergen, nalar, rasional, induktif, dedukatif, dan ilmiah). Output non-akademik, misalnya keingintahuan yang tinggi, harga diri kejujuran, kerjasama yang baik, rasa kasih sayang yang tinggi terhadap sesama, solidaritas yang tinggi, toleransi, kedipsiplinan, kerajinan prestasi oleh raga, kesenian, dan kepramukaan.
1.4.  Pengertian Outcome
Outcome Pendidikan adalah hasil jangka panjang: dampak jangka panjang terhadap individu, sosial, sikap, kinerja, semangat, sistem, penghasilan, pengembangan karir, kesempatan pendidikan, kerja, pengembangan dari lulusan untuk berkembang, dan mutu pada umumnya. Manajemen sekolah berada pada seluruh komponen sekolah sebagai sistem, yaitu pada konteks, input, proses, output, outcome, dan dampak karena manajemen berurusan dengan sistem, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengkoordinasian hingga sampai pengontrolan/ pengevaluasian. Kepemimpinan berada pada komponen manusia, baik pendidik dan tenaga kependidikan, maupun pada peserta didik, karena kepemimpinan berurusan dengan banyak orang.
1.5.  Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk yang memiliki keistimewaan karena dalam kenyataannya manusia memiliki daya pikir dan manusia juga sebagai mahkluk yang memiliki macam-macam daya. Ibn Miskawaih menonjolkan kelebihan jiwa manusia atas jiwa binatang dengan adanya kekuatan berfikir yang menjadi sumber tingkah laku, yang selalu mengarah kepada kebaikan. Menurut Ibn Miskawaih dalam diri manusia ada tiga kekuatan yang bertingkat-tingkat dari tingkat yang paling rendah yaitu:
·  Daya bernafsu (an-nafs al-bahimiyyat) sebagai daya terendah.
·  Daya berani (an-nafs as-sabu’iyyat) sebagai daya pertengahan.
·  Daya berpikir (an-nafs an-nathiqat ) sebagai daya tertinggi.
Kekuatan berfikir manusia itu dapat menyebabkan hal positif dan selalu mengarah kepada kebaikan, tetapi tidak dengan kekuatan berpikir binatang. Jiwa manusia memiliki kekuatan yang bertingkat-tingkat:
·  Al-Nafs al-Bahimmiyyah adalah jiwa yang selalu mengarah kepada kejahatan atau keburukan.
·  Al-Nafs al-Sabu’iyyah adalah jiwa yang mengarah kepada keburukan dan sesekali mengarah kepada kebaikan.
·  Al-Nafs al-Nathiqah adalah jiwa yang selalu mengarah kepada kebaikan. .
Ketiga daya ini merupakan daya menusia yang asal kejadiannya berbeda. Unsur rohani berupa bernafsu (An-Nafs Al-Bahimmiyyah) dan berani (al-Nafs as-Sabu’iyyah/al-Ghadabiyyah) berasal dari unsur materi sedangkan berpikir (an-Nafs an-Nathiqah) berasal dari Ruh Tuhan karena itu Ibn Miskawaih berpendapat bahwa kedua an-nafs yang berasal dari materi akan hancur bersama hancurnya badan dan an-nafs an-nathiqat tidak akan mengalami kehancuran.
Ibnu Miskawaih mengatakan bahwa hubungan jiwa al-Bahimmiyah/as-syahwiyyah(bernafsu) dan jiwa as-Sabu’iyyah/al-Ghadabiyyah (berani) dengan jasad pada hakikatnya sama dengan hubungan saling mempengaruhi.
Menurut Ibn Miskawaih penciptaan yang tertinggi adalah akal sedangkan yang terendah adalah materi. Akal dan jiwa merupakan sebab adanya alam materi (bumi), sedangkan bumi merupakan sebab adanya tubuh manusia. Pada diri manusia terdapat jiwa berfikir yang hakikatnya adalah akal yang berasal dari pancaran Tuhan. Dalam diri manusia terdapat tiga daya jiwa (al-Nafs al-Bahimiyyah, al-Nafs as-Sabu’iyyah/al-Ghadabiyyah, al-Nafs al-Natiqah). Daya bernafsu dan berani berasal dari unsur materi, sedangkan daya berfikir berasal dari ruh Tuhan yang tidak akan mengalami kehancuran.
Ibn Miskawaih dalam kitab Tahzib al-Akhlaq, menggambarkan bagaimana bahwa jika daya-daya jiwa manusia bekerja secara harmonis dan senantiasa merujuk pada akal dapat melahirkan perbuatan-perbuatan moral yang akan menguntungkan bagi manusia dalam kehidupannya di dunia. Stabilitas fungsi daya-daya jiwa ini pun sangat tergantung pada factor pendidikan yang sedemikian rupa akan membentuk tata hubungan fungsional daya-daya jiwa dalam membuat keputusan-keputusan yang memang diperlukan manusia dalam  merealisasikan nilai-nilai moral dalam kehidupan. Dan oleh karena penjagaan kerja akal agar selalu berjalan sesuai dengan naturalnya merupakan prasyarat bagi perwujudan nilai-nilai moral, maka pembinaannya merupakan suatu kemestian dalam dunia pendidikan.
Manusia menjadi manusia yang sebenarnya jika memiliki jiwa yang cerdas. Dengan jiwa yang cerdas itu, manusia terangkat derajatnya, setingkat malaikat, dan dengan jiwa yang cerdas itu pula manusia dibedakan dari binatang. Manusia yang paling mulia adalah yang paling besar kadar jiwa cerdasnya, dan dalam selalu cenderung mengikuti ajakan jiwa yang cerdas itu. Manusia yang dikuasai hidupnya oleh dua macam jiwa lainnya (kebinatangan dan binatang buas), maka turunlah derajatnya dari derajat kemanusiaan. Mana yang lebih dominan diantara dua macam jiwa yang lain tadi, maka demikianlah kadar turun derajat kemanusiaannya. Manusia harus pandai menentukan pilihan untuk menundukan dirinya dalam derajat mana yang seharusnya.
Sehubungan dengan kualitas dari tingkatan-tingkatan jiwa yang tiga macam tersebut, Ibn Miskawaih mengatakan bahwa jiwa yang rendah atau buruk (al-Nafs al-Bahimiyyah, nafsu kebinatangan) mempunyai sifat-sifat: ujub, sombong, pengolok-olok, penipu dan takabur. Sedangkan jiwa yang cerdas (an-Nafs an-Nathiqah) mempunyai sifat adil, harga diri, berani, pemurah, benar dan cinta.
1.6.  Pengertian Akhlak
Dalam kamus besar bahasa Indonesia online kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti; kelakuan. Sebenarnya kata akhlak berasal dari bahasa Arab, dan jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia bisa berarti perangai, tabiat. Sedang arti akhlak secara istilah sebagai berikut; Ibnu Miskawaih (w. 421 H/1030 M) mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) mengatakan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gambling dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan perilaku/perbuatan manusia.
Ø Pembagian Akhlak
Secara umum akhlak atau perilaku/perbuatan manusia terbagi menjadi dua; pertama; akhlak yang baik/mulia dan kedua; aklak yang buruk/tercela.
Ø Macam-macam akhlak
1.    Akhlak terhadap diri sendiri
2.    Aklak terhadap keluarga (Orang tua, akhlak terhadap adik/kakak)
3.    Akhlak terhadap teman/sahabat, teman sebaya
4.    Akhlak terhadap guru
5.    Akhlak terhadap orang yang lebih muda dan lebih tua
6.    Akhlak terhadap lingkungan hidup/linkungan sekitar.
Dan inti dari berkakhlak tersebut diatas intinya adalah berakhlak baik kepada Allah SWT. Karena Allah SWT telah menjadikan diri dan lingkungan sekitar dengan lengkap dan sempurna.
Ø Tugas Manusia/Tindakan Manusia
Allah SWT menciptakan manusia dengan tujuan utama penciptaannya adalah untuk beribadah. Ibadah dalam pengertian secara umum yaitu melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangannya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Manusia diperintahkan-Nya untuk menjaga, memelihara dan mengembangkan semua yang ada untuk kesejahteraan dan kebahagiaan hidup. Dan Allah SWT sangat membeci manusia yang melakukan tindakan merusak yang ada. Maka karena Allah SWT membenci tindakan yang merusak maka orang yang cerdas akan meninggalkan perbuatan itu, dia sadar bahwa jika melakukan perbuatan terlarang akan berakibat pada kesengsaraan hidup di dunia dan terlebih-lebih lagi di akhirat kelak, sebagai tempat hidup yang sebenarnya. Maka intinya manusia harus berakhlak yang mulia.
2.             Fakta
Praktik korupsi, kolusi, nepotisme, dan segala bentuk manipulasi lainnya subur di negeri ini. Ini merupakan bukti kurangnya kesadaran dari individu, menyebabkan penurunan akhlak dan moral di masyarakat. Untuk itu, pendidikan Antikorupsi perlu diterapkan sebagai upaya prepentif bagi generasi muda. Namun pelaksanaan kantin kejujuran akan sukses dengan dukungan bersama dari warga sekolah. Program tersebut tidak hanya keinginan dari atasan, akan tetapi kebijakan pemerintah justru patut diberikan apresiasi yang tinggi dengan mensukseskannya secara bersama. Bukan berarti program ini menambah beban bagi sekolah, terutama bagi guru. Justru melalui program ini mempermudah guru untuk mendidik akhlak siswa. Sebab, tugas guru tidak hanya melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas, tetapi lebih dari itu guru turut bertanggung jawab dalam membina kepribadian siswa. terjadi diberbagai daerah (otonomi daerah) mengindikasikan bahwa implementasi tentang kebijakan pendidikan berdasarkan peraturan dan perundangundangan yang berlaku secara umum masih belum banyak memperhatikan eksistensi madrasah baik dalam kebijakan pembinaan pendidikan, anggaran maupun bantuan sarana prasarana. Masih banyak dijumpai berbagai kebijakan yang kurang memperhatikan pada madrasah, terutama yang berkaitan dengan alokasi anggaran daerah yang tidak mempertimbangkan aspek rasionalisasi anggaran pendidikan dengan jumlah lembaga yang ada atau jumlah siswa yang berada dibawah pembinaan Kemendikdub dan lembaga pendidikan yang berada dibawah pembinaan Kemenag.
Kemudian factor yang mempengaruhi penurunan akhlak adalah kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan education function atau input-output analisys yang tidak dilaksanakan secara konsekuen. Pendekatan ini menganggap bahwa apabila input seperti pelatihan guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, dan perbaikan sarana serta prasarana pendidikan lainnya, dipenuhi, maka mutu pendidikan (output) secara otomatis akan terjadi
3.             Kebijakan
Ø Kebijakan di lembaga pendidikan
Karena pendidikan merupakan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, maka kebijakan pendidikan adalah salahsatu kebijakan publik dalam bidang pendidikan. Yang dimaksud dengan kebijakan publicdisini adalah “keputusan yang dibuat oleh negara, khususnya pemerintah, sebagai strategiuntuk merealisasikan tujuan dari negara yang bersangkutan. Kebijakan publik adalahstrategi untuk mengantar masyarakat pada masa awal, memasuki masyarakat pada masatransisi, untuk menuju kepada masyarakat yang dicita-citakan.
Salah satu cara peningkatan akhlak yaitu adanya Kantin Kejujuran lahir atas dasar Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dimana dalam pasal 16 disebutkan bahwa,”kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional…”. kantin kejujuran di sekolah dibuat untuk memberikan pendidikan kejujuran kepada siswa dan pembelajaran antikorupsi.
4.             Filsafat
Pembicaraan mengenai akhlak tidak akan lepas dari hakikat manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini. Sebagai khalifah manusia bukan saja diberi kepercayaan untuk menjaga, memelihara dan memakmurkan alam ini tetapi juga dituntut untuk berlaku adil dalam segala urusannya.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 30 dan dalam surat Shad ayat 27:
Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. " mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. "
Artinya: “dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, Maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka”.
 Sebagai makhluk, manusia harus berusaha mencapai kedudukannya sebagai hamba yang tunduk patuh terhadap segala perintah dan larangan Allah, Allah berfirman dalam surat Ad-Dzariyyat ayat 56 :
Artinya: “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.
Akhlak dalam Islam mempunyai beberapa prinsip utama yang menjadi landasan pemikiran. Pertama, Islam berpihak pada teori tentang etika yang bersifat universal dan fitri. Allah berfirman pada surat Al-Syams ayat 8-10:



Artinya: “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”.
5.             Solusi
Pertama, kita harus berada pada hal yang sekecilnya-kecilnya, yaitu masyarakat kita sendiri. Peserta didik harus menyadari bahwa mereka adalah generasi penerus bangsa yang masih berjuang utnuk menciptakan keadaan yang sekondusif mungkin agar supaya terjalin hubungan yang harmonis antara penyampai aspirasi rakyat dan masyarakat itu sendiri.
Kedua, adanya proses sosialisasi yang baik di sekolah tentang akhlak-akhlak yang baik yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad.
Ketiga, jalankan dengan tegas sanksi oleh para guru kepada peserta didik yang melanggar aturan, Sehingga peserta didik benar-benar merasakan bahwa memang ada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Keempat, peserta didik harus banyak diberikan siraman rohani untuk menjernihkan fikiran-fikiran kotor mereka sehingga membentuk kepribadian yang islamiah dan keimanan yang kuat.
Kelima, anak sekarang dan usia dini harus di ajarkan mengenai pilar-pilar bangsa kita yaitu Indonesia. Misalnya saja isi-isi yang termaktub dalam pancasila dan mengajarkan mereka bagaimana cara pengaplikasiannya.
Keenam, anak diberikan informasi mana yang baik atau tidak. Jangan sampai pemahaman murid  tidak sepaham dengan kita, karena dapat mempengaruhi kepribadian atau pola pikir murid.
Ketujuh, tetap menjaga kebudayaan dulu. Agar nilai-nilai masyarakat terdahulu sampai sekarang tidak tergeser karena akibat dari budaya westernisasi.
Kedelapan, diberlakukannya otonomi daerah diharapkan kemajuan daerah itu disegala bidang akan makin cepat. Demikian halnya dengan pendidikan agama. Dengan otonomi daerah perkembangan dan arah pendidikan agama di suatu daerah akan lebih sesuai dengan harapan dan aspirasi masyarakat agama didaerah.
Kesepuluh, guru memberikan contoh akhlak yang baik, baik dalam bergaul dengan peserta didik saat pembelajaran, dengan sesama guru dan semua warga sekolah, di keluarganya dan di masyarakat.



BAB III
ANALISIS


Pendidikan dapat diartikan sebagai daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect) dan tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-anak kita. Pendidikan karakter merupakan bagian penting dan hendaknya terintegral dalam perilaku pendidikan di negara ini. Namun menilik fakta pelaksanaan pendidikan yang selama ini  di Indonesia sepertinya belum mengarah kepada pembentukan karakter sebagaimana jati diri bangsa Indonesia dan bahkan cenderung menurun.
Salah satu faktor yang menyebabkannya adalah kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan education function atau input-output analisys yang tidak dilaksanakan secara konsekuen. Pendekatan ini melihat bahwa lembaga pendidikan berfungsi sebagai pusat produksi yang apabila dipenuhi semua input (masukan) yang diperlukan dalam kegiatan produksi tersebut, maka lembaga ini akan menghasilkan output yang dikehendaki. Pendekatan ini menganggap bahwa apabila input seperti pelatihan guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, dan perbaikan sarana serta prasarana pendidikan lainnya, dipenuhi, maka mutu pendidikan (output) secara otomatis akan terjadi. Dalam kenyataan, mutu pendidikan yang diharapkan tidak terjadi. Mengapa? Karena selama ini dalam menerapkan pendekatan educational production function terlalu memusatkan pada input pendidikan dan kurang memperhatikan pada proses pendidikan. Padahal, proses pendidikan sangat menentukan output pendidikan.
Pendidikan adalah wadah utama untuk membentuk karakter pemuda sebagai generasi penerus bangsa. Pendidikan pula sebagai sarana utama untuk membangun bangsa yang kokoh dan bermartabat. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas Pendidikan Nasional, berbagai inovasi Pendidikan sangat dibutuhkan.
Pemerintah telah melakukan berbagai inovasi yang tidak hanya meningkatkan kualitas dibidang akademik semata, tetapi juga pembinaan akhlak pun kini telah mendapat perhatian, tinggal memanfaatkan kebijakan secara optimal dengan dibarengi keprofesionalan seorang guru, maka pendidikan Indonesia pasti akan semakin baik dalam menciptakan generasi penerus yang berkualitas, bermanfaat bagi agama, bangsa, dan Negara. Aamiin
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN


A.  Kesimpulan
Tujuan pendidikan akhlak yang dirumuskan Ibn Miskawaih adalah terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara spontan untuk melahirkan semua perbuatan bernilai baik, sehingga mencapai kesempurnaan dan memperoleh kebahagiaan yang sempurna (al-sa’adat). Dengan alasan ini, maka Ahmad’Abd Al-Hamid Al-Sya’ir dan Muhammad Yusuf Musa menggolongkan Ibn Miskawaih sebagai filosof yang bermazhab al-sa’adat di bidang akhlak. Al-sa’adat memang merupakan persoalan utama dan mendasar bagi hidup manusia dan sekaligus bagi pendidikan akhlak. Al-sa’adat merupakan konsep komprehesif yang di dalamnya terkandung unsur kebahagiaan (happiness), kemakmuran (prosperity), keberhasilan (success), kesempurnaan (perfection), kesenangan (blessedness), dan kebagusan/kecantikan.
Seperti telah disinggung pada pembahasan sebelumnya, al-sa’adat dalam pengertian di atas, hanya bisa diraih oleh para nabi dan filosof. Ibn Miskawaih juga meyadari bahwa, orang yang mencapai tingkatan ini sangat sedikit. Oleh sebab itu, akhirnya ia perlu menjelaskan adanya perbedaan antara kebaikan (al-khair) dan al-sa’adat. Di samping juga membuat berbagai tingkatan al-sa’adat. Kebaikan bisa bersifat umum, sedangkan al-sa’adat merupakan kebaikan relatif, bergantung orang perorang (al-khair bi al-idafat ila shahibiha). Menurutnya, kebaikan mengandung arti segala sesuatu yang bernilai (al-syai’ al-nafi). Oleh karenanya, kebaikan merupakan tujuan setiap orang.
B.  Saran-saran
1.      Kepada Kepala Sekolah
Demi menjunjung keberhasilan pendidikan, kepala sekolah harus meningkatkan koordinasi yang harmonis diantara guru baik jalur formal maupun non formal
2.      Kepada Guru
a.       Metode pembelajaran Aqidah akhlak harus lebih banyak dicontohkan dalam perilaku gurunya dalam keseharian, dalam pembelajaran, dan dalam beriteraksi dengan para murid harus mencontohkan akhlak yang baik, agar lebih mudah ditiru oleh murid.
b.      Kepada guru Aqidah Akhlak, hendaknya harus berusaha meningkatkan kualitas pembelajaran Aqidah Akhlak agar mutunya lebih meningkat.
3.      Untuk Wali Siswa
Wali siswa yang sebagai pendidik di lingkungan keluarga hendaknya memantau perkembangan tingkah laku siswa dan tak jenuh untuk meingatkan mereka apabila mereka menyimpang aturan Islam yang berlaku dan menjadikan mereka mempunyai akhlakul karimah.
4.      Untuk Siswa,
Siswa  yang sebagai objek dan sekaligus subjek pendidikan hendaknya selalu mematuhi aturan pendidikan dan mengamalkan ilmu yang diperolehnya, sehingga tujuan pendidikan khususnya  pada akhlak, menjadikan peserta didik yang berguna bagi Agama, Bangsa, dan Negara.



DAFTAR PUSTAKA


[2] Kamus Al-Mufid
 Ibn Miskawaih, Tahzib al-Akhlaq, ed. Syekh. Hasan Tamir, (Beirut, Mansyurat Dar Maktabat Al-Hayat, 1398H).

0 komentar:

Posting Komentar

Krida Salsabila
Lihat profil lengkapku